Hujan jatuh di atas makam itu, menderas namun sunyi. Setiap tetesnya seolah menyentuh hati Lin Yi, arwah yang bergentayangan di antara dunia yang hidup dan yang mati. Dia telah lama pergi, terlalu cepat, dengan sebuah kebenaran terbungkam di balik bibir yang telah membiru. Sekarang, dia kembali. Bukan untuk mengganggu, bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menuntaskan.
Bayangan Lin Yi menolak pergi, melekat pada batu nisan seperti kenangan pahit. Di dunia arwah, waktu terasa berbeda. Detik-detik berlalu bagaikan abad, dan setiap hembusan angin membawa bisikan penyesalan. Dia bisa melihat keluarganya, berduka di bawah payung yang basah kuyup. Ayahnya, dengan bahu merosot. Ibunya, menyembunyikan air mata di balik kerudung hitam. Adik perempuannya, Xiao Mei, memeluk foto dirinya, wajahnya dipenuhi kesedihan yang MENDALAM.
Dulu, mereka adalah keluarga yang bahagia. Sebuah keluarga yang dibangun di atas fondasi cinta dan kepercayaan. Namun, semua itu hancur lebur dalam semalam. Sebuah kesalahpahaman. Sebuah kebohongan. Dan kematiannya.
Lin Yi ingin berteriak, ingin menjelaskan. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Dia ingin meminta maaf atas semua penderitaan yang telah dia sebabkan. Namun, suaranya terperangkap di tenggorokan arwah, tak mampu menembus batas antara dunia.
Setiap malam, Lin Yi mengikuti Xiao Mei. Dia melihat adiknya itu berjuang untuk menerima kenyataan, mencoba untuk melanjutkan hidup meski hatinya hancur berkeping-keping. Xiao Mei curiga. Dia sering merasakan kehadiran Lin Yi di sekitarnya, sebuah perasaan aneh yang sulit dijelaskan. Dia bermimpi tentang Lin Yi, mimpi yang begitu nyata hingga dia terbangun dengan air mata di pipi.
Suatu malam, Lin Yi membawa Xiao Mei ke tempat rahasia mereka, sebuah taman kecil di belakang rumah tempat mereka bermain saat kecil. Di sana, di bawah cahaya bulan yang pucat, Lin Yi mencoba berkomunikasi melalui sentuhan angin, bisikan dedaunan, dan bayangan yang menari.
Xiao Mei, dengan keberanian yang dipaksakan, berbicara kepada arwah kakaknya. Dia bertanya tentang kebenaran. Dia bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dan perlahan, sedikit demi sedikit, kebenaran mulai terungkap.
Lin Yi tidak bersalah. Dia dijebak. Orang yang bertanggung jawab atas kematiannya adalah musuh bisnis ayahnya, yang ingin menghancurkan keluarganya. Fakta itu, meskipun menyakitkan, membebaskan Xiao Mei. Dia tahu apa yang harus dia lakukan.
Dengan bukti yang diberikan Lin Yi melalui mimpi dan perasaan aneh, Xiao Mei berhasil mengungkap kebenaran. Pelaku ditangkap. Keluarga Lin Yi akhirnya mendapatkan keadilan.
Namun, yang paling penting, Lin Yi menemukan kedamaian. Dia tidak mencari balas dendam. Dia hanya ingin keluarganya mengetahui kebenaran, agar mereka bisa melepaskan kesedihan dan melanjutkan hidup. Dia ingin mereka BAHAGIA.
Di pagi yang cerah, setelah hujan reda, Lin Yi berdiri di samping makamnya. Dia melihat keluarganya tersenyum, meskipun masih ada jejak kesedihan di mata mereka. Dia melihat Xiao Mei meletakkan bunga di atas pusaranya, sebuah bunga lili putih, simbol kesucian dan kedamaian.
Lin Yi merasakan beban di hatinya terangkat. Dia akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Tugasnya selesai.
Dan sebagai arwah Lin Yi memudar di bawah sinar matahari pagi, sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya, seolah mengatakan, "Jangan bersedih..."
You Might Also Like: Mi Mundo Manual Y Artistico Mi 1 En El
Post a Comment